RELASI SOSIOLOGI AGAMA TERHADAP PEMBENTUKAN ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PARTAI POLITIK DI SUMATERA BARAT

RELASI SOSIOLOGI AGAMA TERHADAP PEMBENTUKAN

ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PARTAI POLITIK

DI SUMATERA BARAT

Oleh:

Adlan Sanur Tarihoran, M.Ag

(Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Doktor S3 Aqidah dan Filsafat Islam UIN Bukittinggi Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi)


PENDAHULUAN

Kemunculan suatu organisasi keagamaan dan partai politik yang bernuansa Islam tentunya sangat berkaitan dengan nilai-nilai agama yang mereka anut dan pahami.  Kehadiran organisasi keagamaan serta partai politik yang muncul di Sumatera Barat tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal. Kondis itu bisa saja dikarenakan sebagai respon terhadap semangat beragama, ingin memperjuangakan agama Allah, melawan kolonialisme, keinginan memperbaiki moral dan pendidikan masyarakat, serta semangat kebangkitan baik dalam skala nasional maupun secara lokal seperti di ranah minang serta menyalurkan suara rakyat.

Sumatra Barat memiliki corak dan karakter yang berbeda dengan daerah lainnya, dengan adanya keselarasan antara nilai budaya dan keagamaan masyarakat yang kemudian dikenal dengan Adat Basandi Syara’-Syara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) tentu menarik untuk dikaji lebih mendalam tentang kemunculan organisasi keagamaandan dan partai politik tersebut. Kehadiran agama selalu menjadi sumbernya nilai-nilai tradisional dan lokalitas. Nilai-nilai agama sangat erat kaitannya dengan tradisi budaya sebagian dari kehidupan manusia. Bahkan pandangan konservatif agama dan moralitas telah dilihat sebagai fondasi yang kokoh untuk perlindungan dari sistem yang ada dan cara hidup normal ketika masyarakat manusia dalam bahaya. Selain itu faktor agama dan keyakinan dipandang sebagai elemen ideologis dan persaingan dengan menjadikan agama sebagai instrumen utama pembentukan moral politik.

Sebagaimana yang telah dihantarkan di atas tadi bahwa Minangkabau (baca Sumatera Barat) sebagai wilayah yang menganut falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, sejatinya dalam melihat organisasi keagamaan dan partai politik yang mereka bentuk dan terima tentunya cukup selektif dalam melihat sebuah organisasi keagamaan atau partai politik. Mereka tidak mau saja menerima dan mengembangkan paham/pemikiran dan gerakan yang bertolak belakang dengan Islam, hal ini akan jelas-jelas mereka tolak dan kesampingkan. Oleh karenanya gerakan-gerakan organisasi keagamaan serta partai politik yang berdasarkan Islam selalu menjadikan nilai-nilai agama (Islam) sebagai landasan dan dasar hukum dalam menjalankan dan mengekspresikan perjuangan sebuah gerakan yang mereka buat.

Sebagaimana diketahui bahwa peran ulama dan pemimpin agama memiliki pengaruh besar dalam masyarakat Minangkabau. Setting historis munculnya gerakan sebenarnya saat adanya tantangan zaman yang menghimpit umat Islam karena penjajahan dan ulama akan bangkit. Mereka tidak hanya memimpin dalam urusan keagamaan tetapi juga dalam urusan sosial dan politik. Banyak dari mereka yang terlibat dalam pembentukan Organisasi Keagamaandan partai politik, membawa perspektif sosial ke dalam ranah politik praktis. Relasi sosiologi agama dengan pembentukan organisasi keagamaan dan dan partai politik di Sumatera Barat sangat kuat dan saling mempengaruhi.

Sosiologi agama tidak hanya menjadi dasar moral dan spiritual tetapi juga menjadi landasan kultural dan ideologis yang membentuk dinamika sosial dan politik di wilayah ini. Identitas keagamaan yang kuat dan integrasi Islam dengan adat istiadat lokal setidaknya secara kasat mata dianggap menjadikan sosiologi agama sebagai faktor utama dalam pembentukan dan perkembangan organisasi keagamaanserta dan partai politik di Sumatera Barat. Hal inilah kemudian menarik untuk diadakan semacam pencarian dan penemuan untuk melihat titik temu ini


RELASI SOSIOLOGI AGAMA

Relasi secara sederhana dapat diartikan sebagai hubungan atau keterkaitan antara dua hal atau lebih. Hubungan ini bisa bersifat sangat spesifik dan terukur. Relasi adalah kata serapan dari bahasa asing yang telah lama menjadi bagian dari kosakata bahasa Indonesia. Kata ini memiliki akar kata yang kaya dan makna yang beragam, tergantung pada konteks penggunaannya. Asal kata relasi dari bahasa latin dengan akar kata "relatio"yang memiliki arti "hubungan" atau "laporan". Ini adalah akar kata yang paling dekat dengan makna relasi dalam bahasa Indonesia. Kata "relation" dalam bahasa Inggris juga berasal dari kata "relatio" dan memiliki arti yang serupa.

Maka secara umum, relasi dapat diartikan sebagai hubungan atau keterkaitan antara dua hal atau lebih. Namun, makna spesifiknya dapat bervariasi tergantung pada bidang ilmu atau konteks penggunaannya. Bisa disimpulakan bahwa kata relasi merupakan kata yang sangat serbaguna dan memiliki makna yang kaya. Asal katanya yang berasal dari bahasa latin menunjukkan akarnya yang kuat dalam bahasa-bahasa Eropa. Dalam bahasa Indonesia, relasi telah menjadi bagian integral dari kosakata dan digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan kehidupan sehari-hari.

Secara etimologi, sosiologi berasal dari bahasa Latin "socius" (teman atau kawan) dan bahasa Yunani "logos" (ilmu pengetahuan). Jadi, sosiologi secara harfiah berarti ilmu tentang masyarakat atau ilmu pengetahuan tentang teman atau kawan. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masyarakat, termasuk interaksi antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Auguste Comte, yang dianggap sebagai Bapak Sosiologi, pertama kali menggunakan istilah "sosiologi" dalam bukunya yang berjudul "Cours de Philosophie Positive" pada tahun 1839. Ia menekankan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat positif, yaitu mempelajari gejala-gejala dalam masyarakat secara rasional dan ilmiah. Jadi, secara sederhana, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, interaksi sosial, dan struktur sosial.

Pengertian Sosiologi menurut para ahli seperti Émile Durkheim bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial, yaitu cara bertindak, berpikir, dan merasakan yang berada di luar individu tetapi memiliki kekuatan untuk mengendalikan mereka. Sedangkan Max Weber mengungkapkan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang berusaha memahami tindakan sosial dan bagaimana tindakan tersebut memengaruhi struktur masyarakat. Juga Karl Marx menyatakan bahwa Sosiologi adalah studi tentang konflik sosial yang muncul akibat perbedaan kelas ekonomi dalam masyarakat.

Sedangkan pengertian sosiologi agama menurut para ahli Seperti Dillon bahwa Sosiologi agama adalah upaya sosiolog dalam mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan bagaimana agama berfungsi dalam masyarakat. Sedangkan W.E.B. Du Bois mengatakan bahwa Sosiologi agama adalah studi tentang institusi agama yang berfungsi sebagai pusat komunal dalam masyarakat. Sedangkan Zakiyah menyatakan bahwa Sosiologi agama adalah cabang dari sosiologi umum yang khusus mempelajari masyarakat dengan agama untuk mencapai pemahaman ilmiah. Sosiologi dan sosiologi agama memiliki peran penting dalam memahami bagaimana masyarakat berinteraksi dan bagaimana agama memengaruhi kehidupan sosial.

Setelah dijelaskan tentang defensi relasi dan teologis secara bahasa dan istilah kini konsep ini digabungkan untuk dijadikan sebagai konsep. Secara konseptual Relasi sosiologi agama dapat diartikan sebagai interaksi antara agama dan fenomena sosial dalam kehidupan masyarakat. Agama tidak hanya berfungsi sebagai sistem kepercayaan, tetapi juga sebagai institusi sosial yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, dan budaya.


ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PARTAI POLITIK

Organisasi keagamaan adalah suatu kelompok atau badan yang dibentuk oleh sekelompok orang yang memiliki tujuan, keyakinan, dan praktek agama yang sama. Organisasi ini biasanya berfokus pada kegiatan-kegiatan yang mendukung dan mempromosikan keyakinan agama tertentu, seperti ibadah, pendidikan agama, amal, dan pelayanan sosial. Mereka dapat berfungsi dalam berbagai bentuk, mulai dari tempat ibadahhingga lembaga pendidikan agama, yayasan amal, dan kelompok studi atau diskusi agama.Beberapa karakteristik utama dari organisasi keagamaan adalah untuk mempromosikan, mendukung, dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai.

Biasanya memiliki struktur organisasi yang jelas, dengan hierarki kepemimpinan, anggota, dan aturan atau doktrin yang mengatur tindakan dan kegiatan mereka. Organisasi keagamaan yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan memiliki status hukum tertentu, yang memungkinkan mereka untuk beroperasi secara sah dan mendapatkan manfaat tertentu seperti pembebasan pajak. Organisasi kegagamaan biasanya menjadi organisasi kemasyarakatan sebagai wadah bagi partisipasi masyarakat, untuk memberikan kontribusi yang nyata dan bermakna dalam setiap proses pembangunan.

Sedangkan partai politik adalah organisasi yang dibentuk oleh sekelompok orang dengan tujuan untuk memperoleh dan memelihara kekuasaan politik melalui pemilihan umum atau cara-cara lain yang sah. Partai politik berfungsi untuk mengartikulasikan kepentingan masyarakat, menyusun kebijakan publik, dan mengajukan calon-calon untuk jabatan politik. Ada beberapa karakteristik dan fungsi utama partai politik. Partai politik memiliki tujuan utama untuk mendapatkan kekuasaan politik, baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional.

Mereka berusaha mempengaruhi kebijakan publik dan menjalankan pemerintahan sesuai dengan ideologi dan platform mereka. Setiap partai politik memiliki ideologi atau serangkaian nilai dan prinsip yang menjadi dasar bagi kebijakan dan program mereka. Ideologi ini bisa bersifat konservatif, liberal, sosialis, nasionalis, atau kombinasi dari beberapa pandangan tersebut.Konflik politik, radikalisme politik agama dan kekerasan global masih tetap berlansung dan tidak bisa dihindari.

Partai politik memiliki struktur organisasi yang hierarkis, dengan kepemimpinan pusat dan cabang-cabang di berbagai daerah. Struktur ini memungkinkan partai untuk mengorganisir dan menggerakkan anggotanya secara efektif. Partai politik terdiri dari anggota yang berkomitmen pada tujuan dan ideologi partai. Keanggotaan bisa bersifat terbuka atau tertutup, tergantung pada kebijakan partai. Partai politik aktif dalam kampanye politik untuk menarik dukungan dari pemilih. Mereka menggunakan berbagai metode, termasuk rapat umum, iklan, media sosial, dan door-to-door canvassing.

Sedangkan fungsi partai politik adalah untuk mengartikulasikan kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat. Berperan dalam merekrut dan mendidik calon-calon pemimpin politik. Mereka menyediakan jalur bagi individu untuk masuk ke dalam politik dan mendapatkan posisi kekuasaan. Membantu menyosialisasikan nilai-nilai politik dan ideologi kepada masyarakat, meningkatkan kesadaran politik, dan mendorong partisipasi warga dalam proses politik. Berperan dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan publik. Partai politik bertujuan untuk memperjuangkan suatu pandangan, keyakinan, dan cita-cita tertentu dari sejumlah orang tentang kehidupan bermasyarakat yang dilakukan dengan caracara perjuangan politik, yakni mengelola kekuasaan agar dapat mempengaruhi prosesproses pembentukan kebijakan public,

Mereka memastikan bahwa pemerintah bertanggung jawab dan transparan dalam menjalankan kekuasaan. Partai politik adalah elemen kunci dalam sistem politik modern, berperan dalam menghubungkan masyarakat dengan pemerintah, mengartikulasikan kepentingan publik, dan memastikan proses demokratis berjalan. Melalui berbagai fungsi dan aktivitasnya, partai politik membantu menjaga dinamika politik yang sehat dan berkontribusi pada pembentukan kebijakan publik yang sesuai dengan aspirasi masyarakat.


SUMATERA BARAT ATAU MASYARAKAT MINANG

Sumatera Barat adalah sebuah Provinsi yang terletak di Sumatera. Ibu Kotanya Padang, wilayah ini sering dikenal dengan sebutan Tanah Minang, karena masyarakat disana didominasi 90% dari semua penduduk yang ada di Sumatera Barat.

Minangkabau adalah suku asli di wilayah Sumatera Barat, Indonesia. Wilayah Sumatera Barat pada abad XVI menjadi salah satu jalur perdagangan para pedagang dari Timur Tengah dan India. Kedatangan bangsa India ke pantai barat Sumatera sejak abad ke-13 tidak hanya sekedar berdagang tetapi juga menularkan budaya kebiasaan makan yang menyebabkan terjadinya akulturasi budaya dengan memperkuat ketersediaan rempah-rempah di wilayah Sumatera Barat; Masakan di daerah Sumatera Barat banyak dipengaruhi dari India, salah satunya hanya dari penggunaan santan dan rempah-rempah 9. Salah satu masakan Minangkabau yang terkenal, rendang, sangat dipengaruhi oleh budaya India; penggunaan rempah-rempah seperti kapulaga, ketumbar, bawang merah dan bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, dan cabai merah dipengaruhi dari campuran bumbu kuliner India.

Minangkabau berasal dari golongan Deutro Melayu (Melayu muda). Mereka bermigrasi dari sebagian daratan Asia sekitar 500 tahun SM. Penyebaran nenek moyang Deutro Melayu diperkirakan dari Asia, menuju Thailand, kemudian ke Malaysia Barat dan berlanjut ke tempat-tempat di nusantara. Alam Minangkabau pernah dihuni oleh bangsa-bangsa yang berasal dari Arab, Persia, dan India bahkan sebelum masuknya Islam. Selain itu, wilayah Minangkabau mempunyai ketersediaan sumber daya alam yang kaya akan rempah-rempah seperti lada dan pala.

Fenomena pembangunan pangan sangat dinamis dalam dunia multikulturalisme 11. Hal ini juga terjadi pada perkembangan adat dan budaya Minangkabau yang terus menyebar akibat interaksi sosial yang bergerak dinamis sehingga menjadi warisan budaya kuliner. Namun tuntutan akan keaslian makanan tradisional tetap selalu diharapkan oleh konsumen melalui pengolahan lokal, dan keterampilan menyajikan makanan secara lokal menunjukkan komitmen dalam menjaga tradisi budaya dan bentuk apresiasi yang diungkapkan sebagai warisan budaya.


HASIL ATAU TEMUAN

LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PARTAI POLITIK DI SUMATERA BARAT

 

1. Pembentukan Organisasi Keagamaan di Sumatera Barat

Organisasi keislaman atau keagamaan seperti Muhammadiyah dan Tarbiyah Islamiyah (Perti) adalah organisasiorganisai besar yang cukup mewarnai pandangan ke-Islaman masyarakat Minangkabau. Kehadiran dua organisasi itu, beserta jaringan, institusi pendidikan, dan rantingnya yang lebih kecil terlibat tidak hanya pada urusan agama, namun juga dalam kaitannya dengan politik dan sosial kemasyarakatan.13

 

Latar belakang pembentukan Organisasi Keagamaan disebabkan oleh berbagai faktor.

1.   Nilai-nilai Islam

Tentu pengaruh yang kuat adalah pengaruh nilai agama Islam atau keyakinan dalam beragama (baca teologi atau aqidah). Dimana Islam telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Minangkabau sejak abad ke-13. Adanya pengaruh Islam yang kuat ini menjadi landasan bagi tumbuhnya berbagai kegiatan keagamaan dan organisasi yang berbasis Islam. Selain itu adanya kebijakan kolonial Belanda yang bersifat diskriminatif dan eksploitatif mendorong munculnya perlawanan dari berbagai kalangan, termasuk kalangan Islam.


2. Gerakan Pembaharuan

Kemunculan organisasi keagamaan menjadi wadah untuk menyuarakan aspirasi dan memperjuangkan kepentingan umat Islam. Pergerakan Pembaharuan Islam sebagaimana dipahami bahwa munculnya gerakan pembaharuan Islam di awal abad ke-20, seperti yang digagas oleh Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani, juga memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan organisasi keagaamaan di Sumatera Barat.


3. Pendidikan Islam

Dari pelacakan yang dilakukan bahwa salah satu Organisasi Keagamaantertua di Sumatera Barat adalah Sumatera Thawalib. Didirikan pada abad ke-19, Sumatera Thawalib awalnya merupakan perkumpulan murid-murid surau yang kemudian berkembang menjadi organisasi yang lebih besar. Organisasi ini memiliki peran penting dalam menyebarkan pendidikan Islam dan membangkitkan kesadaran nasional.

Selain Sumatera Thawalib, beberapa besar lainnya yang memiliki pengaruh signifikan di Sumatera Barat diantaranya Muhammadiyah yang merupakan salah satu Organisasi Keagamaan terbesar di Indonesia dan memiliki cabang yang kuat di Sumatera Barat. Persis juga memiliki basis massa yang cukup besar di Sumatera Barat, terutama di daerah-daerah pedesaan. Meskipun NU lebih kuat di Jawa, namun NU juga memiliki cabang-cabang di Sumatera Barat, terutama di daerah-daerah yang memiliki banyak pendatang dari Jawa.

Munculnya Organisasi Keagamaan dalam bentuk pendidikan, kesejahteraan dan politik. Organisasi Keagamaan berperan penting dalam bidang pendidikan, baik formal maupun non-formal. Mereka mendirikan sekolah-sekolah, pesantren, dan lembaga pendidikan lainnya.

 

4. Gerakan Sosial dan Politik

Selain itu juga Organisasi Keagamaan juga aktif dalam bidang sosial, seperti memberikan bantuan kepada masyarakat miskin, mengelola zakat, dan membantu korban bencana alam. Hal lain walau tidak semua Organisasi Keagamaan terlibat dalam politik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka seringkali menjadi basis massa bagi partai-partai politik Islam. Organisasi Keagamaan telah memainkan peran yang sangat penting dalam sejarah Sumatera Barat. Mereka tidak hanya berperan dalam bidang agama, tetapi juga dalam bidang pendidikan, sosial, dan politik sebagaimana yang telah disebutkan di atas tadi. Organisasi Keagamaan telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan Sumatera Barat dan Indonesia.


5. Nilai-nilai Adat

Beberapa peran penting Organisasi Keagamaan di Sumatera Barat adalah dalam menyebarkan ajaran Islam dan membumikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat. Selain itu juga Organisasi Keagamaanberusaha menjaga dan melestarikan nilai-nilai adat istiadat Minangkabau yang sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan lebih jauh Organisasi Keagamaan turut serta dalam perjuangan kemerdekaan Indones dan berperan aktif dalam pembangunan masyarakat, baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi. Sejarah kemunculan Organisasi Keagamaan di Sumatera Barat merupakan cerminan dari dinamika sosial dan politik yang terjadi di wilayah ini. Organisasi Keagamaa ntelah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat Minangkabau dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan Sumatera Barat.

Walapun dalam perjalanan Organisasi Keagamaan di Sumatera Barat ditemukan adanya Organisasi Keagamaan yang lahir setelah Orde Baru sering mengekspresikan Islam, seperti kriteria radikal. Kemudian pada saat yang sama, Organisasi Keagamaan seperti Muhammadiyah, NU, PERTI berjalan alami dan juga menunjukkan perkembangan yang cukup pesat di beberapa wilayah Indonesia, termasuk di Sumatera Barat. Tentu dengan sendirinya Organisasi Keagamaanradikal yang di tengah kehidupan masyarakat yang tidak akrab atau tidak lazim menjadi perhatian tersendiri dan Organisasi Keagamaan yang moderat yang menyaksikan ekspresi Islam seperti demikian sering tidak menanggapi akan adanya isu dan gerakan itu.


2. Pembentukan Partai Politik di Sumatera Barat

Latar Belakang Partai Politik di Sumatera Barat

Sumatera Barat juga memiliki sejarah panjang dalam perkembangan partai politik di Indonesia. Sumatera Barat yang identik dengan masyarakat Minangkabau, memiliki karakteristik politik yang unik dan khas. Kalau di telusuri sejarah kemunculan dan perkembangan partai politik di Sumatera Barat bisa dibagi dalam berbagai fase. Sebelum Indonesia merdeka, partai politik di Sumatera Barat didominasi oleh partai-partai Islam. Hal ini sejalan dengan kuatnya pengaruh agama Islam dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Beberapa partai Islam cukup berpengaruh saat itu di Sumatera Barat.

Partai Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia) merupakan partai Islam terbesar di Indonesia pada masa itu. Partai ini memiliki basis massa yang kuat di Sumatera Barat. Selain itu adanya Persatuan Muslim juga memiliki pengaruh yang cukup besar di Sumatera Barat dan merupakan salah satu kekuatan politik Islam pada masa itu. Setelah Indonesia merdeka, dinamika politik di Sumatera Barat semakin kompleks.

Kalau mau ditelusuri lebih jauh kemunculan partai politik di pengaruhi oleh beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan partai politik di Sumatera Barat. Pemilu pertama di Indonesia pada tahun 1955 menjadi tonggak penting dalam perkembangan partai politik di Sumatera Barat. Partai-partai Islam seperti Masyumi masih mendominasi, namun partai-partai nasionalis juga mulai muncul dan mendapatkan dukungan. Pada masa Orde Baru, partai politik di Indonesia, termasuk di Sumatera Barat, mengalami pembatasan dan hanya ada dua partai yang diizinkan, yaitu Golkar, PPP, dan PDI. Reformasi tahun 1998 membuka ruang bagi tumbuhnya partai-partai politik baru di Sumatera Barat. Munculnya partai-partai lokal dan nasional semakin memperkaya dinamika politik di daerah ini.

Sedangkan karakteristik partai politik di Sumatera Barat terlihat dari berbagai dimana hingga saat ini, partai-partai Islam masih memiliki pengaruh yang kuat di Sumatera Barat. Hal ini tercermin dari hasil-hasil pemilu yang selalu dimenangkan oleh partai-partai berbasis Islam. Partai politik di Sumatera Barat cenderung mengakomodasi nilai-nilai lokal dan adat istiadat Minangkabau dalam program dan kegiatannya. Begitu juga Persaingan antar partai politik di Sumatera Barat cukup ketat, terutama menjelang setiap pemilihan umum.

Sejarah partai politik di Sumatera Barat menunjukkan dinamika yang menarik. Dari dominasi partai Islam pada masa pra-kemerdekaan hingga persaingan yang ketat pada era reformasi, partai politik di Sumatera Barat terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Tantangan di masa depan akan semakin kompleks, namun dengan strategi yang tepat, partai politik di Sumatera Barat dapat menjadi kekuatan yang positif dalam pembangunan daerah.


RELASI SOSIOLOGI AGAMA TERHADAP PEMBENTUKAN ORGANISASI KEAGAMAAN DAN PARTAI POLITIK DI SUMATERA BARAT


Relasi sosiologi agama terhadap pembentukan organisasi keagamaan dan partai politik di Sumatera Barat sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor historis, kultural, dan sosial. Sumatera Barat, terutama melalui masyarakat Minangkabau, memiliki sejarah panjang dalam penerimaan dan perkembangan Islam. Sejak masuknya Islam pada abad ke-14 melalui perdagangan dan dakwah, ajaran Islam telah menjadi bagian integral dari identitas masyarakat Minangkabau.

Adapun yang menjadi aspek relasi sosiologi agama dengan pembentukan organisasi keagamaan dan partai politik di Sumatera Barat bisa terlihat dalam agama sebagai institusi sosial dimana kemudian agama berperan dalam membentuk norma dan nilai sosial. Bahkan bisa mempengaruhi lembaga keagamaan memiliki pengaruh dalam kehidupan masyarakat. Pola ini bisa terlihat dalam interaksi agama dan masyarakat. Dimana agama mempengaruhi perilaku individu dan kelompok. Masyarakat juga dapat mempengaruhi bentuk dan praktik keagamaan. Dalam aspek lain bisa terlihat dalam pola perubahan sosial dan agama. Agama dapat menjadi faktor perubahan sosial, baik sebagai agen konservatif maupun progresif. Modernisasi sering kali mempengaruhi cara masyarakat memahami dan menjalankan agama.

Teori sosiologi agama akan sangat memberikan perspektif yang mendalam dalam memahami pembentukan organisasi masyarakat Islam (ormas Islam) dan organisasi politik di Sumatera Barat. Wilayah ini memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam yang berpengaruh terhadap dinamika sosial dan politik. Teori Sosiologi Agama dalam Pembentukan Ormas Islam bisa dilihat dari teori fungsionalisme (Émile Durkheim) yang bisa melihat agama berfungsi sebagai perekat sosial yang menjaga harmoni dalam masyarakat. Ormas Islam di Sumatera Barat berkembang sebagai wadah untuk mempertahankan nilai-nilai keagamaan dan sosial. Teori konflik (Karl Marx) dimana kemudian agama dapat digunakan sebagai alat untuk mempertahankan status quo atau sebagai sarana perlawanan terhadap ketidakadilan. Beberapa ormas Islam di Sumatera Barat muncul sebagai respons terhadap perubahan sosial dan politik.

Teori Sosiologi Agama dalam Organisasi Politik bisa dilihat dari teori hegemoni (Antonio Gramsci). Agama dapat digunakan sebagai alat kontrol ideologi dalam politik dalam pembentukan organisasi politik. Organisasi politik berbasis Islam di Sumatera Barat sering kali berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kebijakan publik. Kemudian teori perubahan sosial (Clifford Geertz) dimana Agama berperan dalam mendorong perubahan sosial dan politik. Organisasi politik Islam di Sumatera Barat berkembang sebagai bagian dari dinamika perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Teori sosiologi agama membantu memahami bagaimana ormas Islam dan organisasi politik berkembang di Sumatera Barat. Faktor sosial, budaya, dan sejarah Islam di wilayah ini berkontribusi pada pembentukan organisasi yang berperan dalam kehidupan masyarakat.

Relasi antara sosiologi agama, organisasi keagamaan, dan partai politik di Sumatera Barat menunjukkan bahwa agama memiliki peran penting dalam membentuk struktur sosial dan politik. Organisasi keagamaan berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi keagamaan dan sosial, sementara partai politik berbasis Islam berusaha mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kebijakan publik. Relasi sosiologi agama terhadap pembentukan organisasi keagamaan dan partai politik di Sumatera Barat sangat erat, mengingat wilayah ini memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Islam dan dinamika sosial-politik yang kuat. Pola Hubungan Relasi Sosiologi Agama bisa dilihat dalam bentuk Agama sebagai identitas sosial dan politik.

Islam di Sumatera Barat tidak hanya menjadi ajaran spiritual tetapi juga identitas sosial yang membentuk pola interaksi masyarakat. Organisasi keagamaan berkembang sebagai wadah untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial dan politik. Dalam bentuk peran ulama dalam Pembentukan Organisasi Keagamaan. Ulama memiliki peran sentral dalam membentuk organisasi keagamaan yang berfungsi sebagai penggerak sosial dan politik. Para ulama sering kali menjadi pemimpin dalam organisasi yang bertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan masyarakat.

Bahkan bisa juga terlihat dalam pengaruh agama terhadap partai politik. Perkembangan partai politik berbasis Islam di Sumatera Barat berkembang sebagai bagian dari dinamika sosial yang dipengaruhi oleh nilai-nilai agama. Agama digunakan sebagai alat mobilisasi politik untuk menarik dukungan masyarakat. Pola lain terlihat dalam adanya konservatisme dan demokrasi dalam politik Islam. Beberapa organisasi keagamaan memiliki kecenderungan konservatif dalam politik, berusaha mempertahankan nilai-nilai Islam dalam sistem demokrasi yang berkembang. Meskipun ada juga organisasi yang lebih moderat dan berusaha mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan prinsip demokrasi.


DAFTAR BACAAN

Lubis, Ridwan, Sosiologi Agama Memahami Perkembangan Agama, Jakarta, Prenada Media Kencana, 2015

Ahmad, Saibeni Ahmad, SOSIOLOGI AGAMA Kajian tentang Perilaku Institusional dalam Beragama Anggota Persis dan Nahdatul Ulama, Jakarta, REFIKA ADITAMA ORIGINAL, t.th

Hairunnas H, Afrizal A, Asrinaldi A. Demokrasi Dan Praktik Konservatisme Ormas Keagamaan Di Sumatra Barat. SALAM J Sos dan Budaya Syar-i. 2021;8(6):1825-1834. doi:10.15408/sjsbs.v8i6.23082

Novi H, Hardi PW. RADIKALISME ISLAM (Ancaman Ideologi Radikalisme Islam Terhadap Kebhinekaan di Sumatera Barat). Published online 2023:1-114.

Dedi Supriadi, Usman Supendi SRS. Doktrin Teologi “Al-Ma’un” dan Perkembangan Muhammadiyah. Hist Madania. 2023;7(2):228-249.

Putrawan BK, Sugianto E, Kadang YK. Refleksi Pada Relasi Antara Teologi dan Filsafat Dalam Perspektif Teologi Injili. Evang J Teol Injili dan Pembin Warga Jemaat. 2020;4(2):222. doi:10.46445/ejti.v4i2.218

Martasudjita E. 1336-3205-1-Sm.

Mulyadi M. Organisasi Masyarakat (ORMAS) Dompet Dhuafa dalam Perspektif Pemberdayaan Masyarakat. Aspirasi. 2012;3(2):167-178.

Fales S. Fungsi Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Ditinjau Dari Hukum Positif. Al Imarah J Pemerintah Dan Polit Islam. 2018;3(2):199. doi:10.29300/imr.v3i2.2152

et all F. Tokoh Pelopor Islam Di Sumatera Barat Pada Zaman Kolonial. Maj Ilm Tabuah Ta’limat, Budaya, Agama dan Hum. Published online 2018:16-23. anri.go.id

Asnan G. Dunia Maritim Pantai Barat Sumatra. Ombak; 2007.

1Utomo E. Bambang Budi; Karim M. Sundari, Treasures of Sumatra. Direktorat Jenderal Kebudayaan; 2009.

Scarpato RR D. New Global Cuisine: Tourism, Authenticity and Sense of Place in Postmodern Gastronomy. Butterworth-Heinemann; 2003.

Anak KNPESK. Eksploitasi Seksual Komersial Anak di Indonesia. Medan, Restu Print Indones hal57. 2008;21(1):33-54. doi:10.21831/hum.v21i1.

Kairil hamdi. Strategi Ormas Islam Dalam Menyikapi Formalisasi Perda Syariat di Sumatera Barat. 2023;36(2).

Syamsuddin F. Pembaharuan Islam Di Minangkabau Awal Abad XX: Studi Terhadap Pemikiran Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syekh Abdullah Ahmad, dan Syekh Abdul Karim Amrullah. Disertasi. Published online 2004:1-253.

Zainal Z. Gerakan Islamis Di Sumatera Barat Pasca Orde Baru. MIQOT J Ilmu-ilmu Keislam. 2014;38(2):446-465. doi:10.30821/miqot.v38i2.103

Saharman. Sejarah Kebudayaan Islam di Minangkabau. Published online 2015:1-99.

Muhadist A. Pemikiran Teologi Muhammadiyah Dalam Himpunan Putusan Tarjih. Al-Hikmah J Theosof dan Perad Islam. 2021;3(1):142-169. doi:10.51900/alhikmah.v3i1.11237

Andi Rika Nur Rahma dan Hanan Assagaf, TEOLOGI ISLAM HARUN NASUTION, Jurnal Aqidah-Ta Vol. VIII No. 2 Thn. 2022,129

Muhammad Irfan, ‘Paradigma Islam Rasional Harun Nasution : Membumikan Teologi Kerukunan’, Agama, JISA: Jurnal Ilmiah Sosiologi 1.2 (2018), 103–22

Iqbal,. Iqbal, Pemikiran Politik Islam (Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer), Jakarta: Kencana, 2010

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam, Dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme,  Jakarta: Paramadina, 1996

Abdullah, Masykuri , Formalisasi Syariát Islam di Indonesia, Sebuah Pergulatan yang Tak Pernah Tuntas, Jakarta: Renaisan, 2005

Noer, Muhammad (ed), Antara Dakwah dan Politik Ragam Pendapat tentang DDII, Jakarta: DDII, 2018

Endrizal dan Novi Hendri, POLITIK IDENTITAS: KONSTRUKSI SOSIAL DAN RELASI KEKUASAAN, ISLAM REALITAS: Journal of Islamic & Social Studies Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2018